Senin, 23 Oktober 2017

LANDASAN TEORI DEMAM TYPOID

BAB III
LANDASAN TEORI DEMAM THYPOID

   A.    Pengertian
           Thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa. Thypoid adalah infeksi akut pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala. Bakteri ini disebebkan oleh lalat melalui makanan dan minuman yang masuk kedalam perut. Penularannnya terjadi secara fecal oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang yang pernah terkena penyakit thypus disebut “corner thypus”.
           Thypoid fever/demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan sistem pencernaan  dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

   B.     Etiologi
            Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi 90% dan salmonella parathypi (S.parathypi A dan B serta C). bakteri ini berbentuk batang, gram negative, mempunyai flagella, dapat hidup dalam air, sampah dan debu,. Namun bakteri ini dapat mati dalam pemanasan 60 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibody atau agglutinin yaitu:
1.      Agglutinin O (antigen somatic) yang dibuat karena rangsangan antigen
13
 


O (bersal dari tubuh kuman)
2.      Aglutini H (antigen flagella) yang dibuat karena rangsangan antigen H  (berasal dari flagel kuman)
3.      Agglutinin VI (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen VI
Dari tiga aglutinin tersebut, hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnose, makin tinggi titernta makin besar pasien menderita thypoid

   C.    Patofisiologi
         Bakteri salmonella tgypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut. Saat melewati lambung dalam suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamine H, inhibitor pompa proton  atau  antasida dalam jumla besar akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Diusus halus bakteri menempel pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel epitel khusus yang merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES diorgan hati dan limfe. Salmonella thypi
mengalami multiplikasi didalam sel fagosit monokuler didalam folikel
limfe, kelenjar limfe mesenterika hati dan limfe.
            Setelah melalui waktu periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun, maka salmonella thypi keluar dari habitatnya dan melalui duktus tarosikus masuk kedalam sirkulasi sitemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai salmonella thype adalah hati, limfa, sumsum tulang belakang, kandung empedu, dan peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi secara langsung melalui darah atau penyebaran regrogad dari empedu. Ekresi organisme diempedu dapat menginfeksi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotosin didalam  salmonella thypi menstimulasi makrofag didalam hati, limfa,folikel limfoma usus halus dan kelenjar linfa mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang menimbulkan nekrosis sel,sistem vakluar yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologi

   D.    Tanda dan Gejala
            Masa tunas demam  thypoid  berlangsung 10-14 hari yang tersingkat 4 hari, jika terjadi infeksi melalui makanan, gejala yang timbul
tiba-tiba atau berangsur-angsur ialah penderita cepat lemah, anoreksia,
sakit kepala, rasa tidak enak diperut dan nyeri seluruh tubuh.
1.      Minggu pertama
Dalam minggu pertama atau pada masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodnormal serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu: lesu, demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual dan muntah, diare, perasaan tidak enak diperut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapati suhu tubuh meningkat.
2.      Minggu kedua
Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas
a.       Demam, bersifat febris remiktem dan suhu tidak terlalu tinggi. Biasanya turun pada pagi hari dan meningkatkan pada sore hari
b.      Bradikardi relative, terjadi penurunan denyut nadi 20-40 x/m, dimana semestinya nadi bertambah 18x/m, bila suhu meningkat 1C
c.       Lidah yang khas, kotor dibagian tengah, tepi dan ujungnya tampak merah bila dikeluarkan tampak tremor.
d.      Tanda-tanda toksemia, kedua pipi kemerahan, muka basah sedangkan tubuh kering, apatis dan pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik tanpa disadari.

   E.     Komplikasi
            Komplikasi yang disebabkan oleh demam thypoid biasanya hanya terjadi pada orang yang belum diobati dengan antibiotic yang sesuai atau
pengobatan tertunda. Komplikasi yang sering terjaid pada penyakit demam
thypoid  yang belum diobati adalah:
a.       Komplikasi internal/pada usus halus
1.      Perdarahan internal dalam sistem pencernaan
2.      Perforasi dari bagian sistem pencernaan atau usus yang meyebarkan infeksi kejaringan didekatnya
3.      Peritonitis
b.      Komplikasi ektrainternal/ diluar usus halus
1.      Komplikasi kardiovaskuler
2.      Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trmbositopenia, atau dessiminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik
3.      Komplikasi paru, seperti: pneumia, empiema dan pleuritis
4.      Kompilakasi hepar dan kandung empedu

    F.     Penatalaksanaan
1.      Keperawataan
a.       Observasi dan pengobatan
b.      Pasien harus tirah baring dan absolute  sampai 7 hari bebas demam. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjdinya komplikasi perforasi usus
c.       Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
d.      Pasien dengan kesadarannya yang menurun,  posisi tubuhnya harus diubah sewaktu-waktu untuk menghindari pneumia dan dekubitus
e.       Defekasi dan BAK perlu diperhatikan karena terkadang terjadi
kontipasi dan diare
f.       Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2)  Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama dua hari lalu nasi tim
4)      Dianjurkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
2.      Pengobatan
a.       Kloramfenikal, diberikan pada dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian oral atau intravena selama 14 hari.
Kloramfenikal: hari pertama diberikan kloramfenikal 4x1 kapsul 250 mg, hari berikutnya 4x2 kapsul, sampai hari turun panas, kemudian dilanjutkan dengan 4x1 kapsul selama 1 minggu.
Apabila terjadi kontraindikasi, maka berikanlah
b.      Ampisilin, dengan dosis 200 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian intravena saat belum dapat diminum obat, selama 21 hari
Ampicilin: dosisi yang dianjurkan adalah 60-150 mg/kg BB. Pada penderita toksis dapat diberikan sebesar 4g/hari, sedang pada penderita lainnya 2g/hari, atau
c.       Amoksisilin, dengaan dosis 100 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian oral/intravena selama 21 hari atau
d.      Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8mg/kb BB/hari terbagi dalam 2
kali pemberian oral selama 14 hari.
Pada kasus berat dapat diberikan ceftiaxone dengan dosis 50mg/kg BB/hari, diberikan 2x/sehari atau 80mg/kb BB/hari sehari sekali, intravena, selama 5-7hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (multy drug resistence) maka pilihan antibiotika meropenem azithromisin dan fluoroquinolon.
Untuk menghindari komplikasi pemakaian kloromfenikal, maka dapat diberikan vitamin B kompleks dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kesehatan badan serta berperan dalam menstabilkan darah kapiler.
3.      Pemeriksaan penunjang
a.       Darah perifer
1)      Anemia, umumnya terjadi kerena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus
2)      Leukopenioa, namun jarang kurang dari 3000 ul
3)      Limfositosis relative
4)      Tromnositopenia, terutama pada demam typhoid berat
b.      Pemeriksaan serologi
1)      Serologi widal, kenaikan titer S.thypi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalessene
2)      Kadar IgM dan IgD (typhi-dot)
c.       Pemeriksaan biakan salmonella
1)      Biarakan darah terutama 1-2 minggu dari perjalanan penyakit
2)      Biakan sumsum tulang  masih positif hingga minggu ke empat
d.      Pemeriksaan radiologii
1)      Foto toraks, apabila diduga terjadi pneumonia
2)      Abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti: pervorasi usus atau pendarahan saluran cerna
3)      Pada perforasi usus tampak:
a)      Distribusi udara tidak merata
b)      Airfluit level
c)      Bayangan radiooiusen didaerah hepar Udara bebas pada abdomen

   G.    Diagnosa Keperawatan
1.      Intoleransi aktifitas b/d kondisi tubuh yang lemah
2.      Nyeri akut b/d agen penyebab cidera biologis atau infeksi
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak adekuat
4.      Kurang pengetahuan b/d kurangnya masukan informasi



DAFTAR PUSTAKA

         Carpenito, linda juali, et all. 2000.Diagnosa keperawatan.Jakarta: penerbit buku kedokteran, EGC
     

Erik. 2004. Flu, Diare, Malaria, Demam Berdarah, Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor Team Elsevier, Inc

     
Kanisius Damin, sumardjo. 2009. Yogyakarta: Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata/ Fakultas Bioeksata


Ovedaff,D. 1000, kapita selekta kodektoran jilid I edisi ke-3.Jakarta: Media aeculaplus. FKUI


Persatuan ahli penyakit dalam Indonesia. 1996. Ilmu penyakit dalam jidil I edisi ke-3.Jakarta: balai penerbit FKUI Jakarta


Syaifuddin 1994. anatomi fisiologi.Jakarta: buku penerbit kedokteran EGC.


Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. 2007. Obat-Obatan Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya, Ed. Ke-6. Jakarta: EGC http://medicastore.com/penyakit/10/demam_thypoidd.htm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar