LANDASAN
TEORI DEMAM THYPOID
A.
Pengertian
Thypoid adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri salmonella
thyposa. Thypoid adalah infeksi
akut pada usus halus yang menimbulkan gejala-gejala. Bakteri ini disebebkan
oleh lalat melalui makanan dan minuman yang masuk kedalam perut. Penularannnya
terjadi secara fecal oral melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi, masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang yang
pernah terkena penyakit thypus
disebut “corner thypus”.
Thypoid fever/demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan sistem
pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
B.
Etiologi
Etiologi
demam thypoid adalah salmonella thypi 90% dan salmonella parathypi (S.parathypi A dan
B serta C). bakteri ini berbentuk batang, gram negative, mempunyai flagella, dapat hidup dalam air, sampah
dan debu,. Namun bakteri ini dapat mati dalam pemanasan 60⁰
selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, pasien membuat antibody
atau agglutinin yaitu:
1.
Agglutinin
O (antigen somatic) yang dibuat karena rangsangan antigen
13
|
O
(bersal dari tubuh kuman)
2. Aglutini
H (antigen flagella) yang dibuat
karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman)
3. Agglutinin VI (envelope)
terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen VI
Dari tiga aglutinin tersebut, hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnose, makin tinggi titernta
makin besar pasien menderita thypoid
C.
Patofisiologi
Bakteri
salmonella tgypi bersama makanan atau
minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut. Saat melewati lambung dalam suasana
asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamine H₂,
inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumla besar akan
mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus.
Diusus halus bakteri menempel pada sel-sel mukosa
dan kemudian menginvasi mukosa dan
menembus dinding usus, tepatnya di ileum
dan jejunum. Sel-sel epitel khusus yang merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati
sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES diorgan hati dan limfe. Salmonella thypi
mengalami multiplikasi
didalam sel fagosit monokuler didalam
folikel
limfe,
kelenjar limfe mesenterika hati dan limfe.
Setelah melalui waktu periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi
kuman serta respon imun, maka salmonella
thypi keluar dari habitatnya dan melalui duktus tarosikus masuk kedalam sirkulasi
sitemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan
tetapi tempat yang disukai salmonella
thype adalah hati, limfa, sumsum tulang belakang, kandung empedu, dan peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi secara langsung
melalui darah atau penyebaran regrogad
dari empedu. Ekresi organisme diempedu dapat menginfeksi ulang dinding usus atau
dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin
dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin
dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotosin
didalam salmonella thypi menstimulasi
makrofag didalam hati, limfa,folikel
limfoma usus halus dan kelenjar linfa
mesenterika untuk memproduksi sitokin
dan zat-zat lain. Produk dari makrofag
inilah yang menimbulkan nekrosis sel,sistem
vakluar yang tidak stabil, demam,
depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologi
D.
Tanda
dan Gejala
Masa tunas demam thypoid
berlangsung 10-14 hari yang tersingkat 4
hari, jika terjadi infeksi melalui
makanan, gejala yang timbul
tiba-tiba atau berangsur-angsur ialah penderita
cepat lemah, anoreksia,
sakit kepala, rasa tidak enak diperut dan nyeri
seluruh tubuh.
1.
Minggu pertama
Dalam minggu pertama
atau pada masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodnormal serupa
dengan penyakit infeksi akut yaitu: lesu, demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual dan muntah,
diare, perasaan tidak enak diperut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapati suhu tubuh meningkat.
2. Minggu
kedua
Pada minggu kedua tanda
dan gejala menjadi lebih jelas
a. Demam,
bersifat febris remiktem dan suhu tidak terlalu tinggi. Biasanya turun pada pagi
hari dan meningkatkan pada sore hari
b. Bradikardi relative,
terjadi penurunan denyut nadi 20-40 x/m, dimana semestinya nadi bertambah
18x/m, bila suhu meningkat 1⁰C
c. Lidah
yang khas, kotor dibagian tengah, tepi dan ujungnya tampak merah bila
dikeluarkan tampak tremor.
d. Tanda-tanda
toksemia, kedua pipi kemerahan, muka
basah sedangkan tubuh kering, apatis
dan pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik tanpa disadari.
E.
Komplikasi
Komplikasi
yang disebabkan oleh demam thypoid
biasanya hanya terjadi pada orang yang belum diobati dengan antibiotic yang sesuai atau
pengobatan tertunda. Komplikasi yang sering terjaid
pada penyakit demam
thypoid yang belum diobati adalah:
a. Komplikasi
internal/pada usus halus
1. Perdarahan
internal dalam sistem pencernaan
2. Perforasi
dari bagian sistem pencernaan atau usus yang meyebarkan infeksi kejaringan
didekatnya
3.
Peritonitis
b. Komplikasi
ektrainternal/ diluar usus halus
1. Komplikasi
kardiovaskuler
2. Komplikasi
darah
Anemia
hemolitik, trmbositopenia, atau dessiminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik
3. Komplikasi
paru, seperti: pneumia, empiema dan pleuritis
4. Kompilakasi
hepar dan kandung empedu
F.
Penatalaksanaan
1. Keperawataan
a. Observasi dan
pengobatan
b. Pasien
harus tirah baring dan absolute sampai 7 hari bebas demam. Maksud tirah baring
adalah untuk mencegah terjdinya komplikasi
perforasi usus
c. Mobilisasi
bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
d. Pasien
dengan kesadarannya yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah sewaktu-waktu untuk menghindari pneumia dan dekubitus
e. Defekasi
dan BAK perlu diperhatikan karena terkadang terjadi
kontipasi
dan
diare
f. Diet
1)
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
3) Setelah
bebas demam diberi bubur kasar selama dua hari lalu nasi tim
4) Dianjurkan
dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
2. Pengobatan
a. Kloramfenikal,
diberikan pada dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian oral atau intravena selama 14 hari.
Kloramfenikal:
hari pertama diberikan kloramfenikal
4x1 kapsul 250 mg, hari berikutnya 4x2 kapsul, sampai hari turun panas,
kemudian dilanjutkan dengan 4x1 kapsul selama 1 minggu.
Apabila
terjadi kontraindikasi, maka
berikanlah
b.
Ampisilin,
dengan dosis 200 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian intravena saat belum dapat diminum obat,
selama 21 hari
Ampicilin:
dosisi yang dianjurkan adalah 60-150 mg/kg BB. Pada penderita toksis dapat diberikan sebesar 4g/hari,
sedang pada penderita lainnya 2g/hari, atau
c. Amoksisilin,
dengaan dosis 100 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian oral/intravena selama 21 hari atau
d. Kotrimoksasol
dengan dosis (tmp) 8mg/kb BB/hari terbagi dalam 2
kali
pemberian oral selama 14 hari.
Pada kasus berat dapat
diberikan ceftiaxone dengan dosis 50mg/kg
BB/hari, diberikan 2x/sehari atau 80mg/kb BB/hari sehari sekali, intravena, selama 5-7hari. Pada kasus yang
diduga mengalami MDR (multy drug resistence) maka pilihan antibiotika meropenem azithromisin dan fluoroquinolon.
Untuk menghindari komplikasi pemakaian kloromfenikal, maka dapat diberikan
vitamin B kompleks dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan
kesehatan badan serta berperan dalam menstabilkan darah kapiler.
3. Pemeriksaan
penunjang
a. Darah
perifer
1) Anemia,
umumnya terjadi kerena supresi sumsum
tulang, defisiensi Fe, atau
perdarahan usus
2) Leukopenioa,
namun jarang kurang dari 3000 ul
3) Limfositosis relative
4) Tromnositopenia,
terutama pada demam typhoid berat
b. Pemeriksaan
serologi
1)
Serologi
widal, kenaikan titer
S.thypi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalessene
2)
Kadar IgM dan IgD (typhi-dot)
c. Pemeriksaan
biakan salmonella
1)
Biarakan darah terutama 1-2 minggu
dari perjalanan penyakit
2)
Biakan sumsum tulang masih positif hingga minggu ke empat
d.
Pemeriksaan radiologii
1) Foto
toraks, apabila diduga terjadi pneumonia
2) Abdomen,
apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti: pervorasi usus atau pendarahan saluran
cerna
3) Pada
perforasi usus tampak:
a) Distribusi
udara tidak merata
b) Airfluit level
c) Bayangan
radiooiusen didaerah hepar Udara bebas pada abdomen
G.
Diagnosa
Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas b/d kondisi tubuh yang lemah
2. Nyeri
akut b/d agen penyebab cidera biologis atau infeksi
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
makanan yang tidak adekuat
4. Kurang
pengetahuan b/d kurangnya masukan informasi
Carpenito,
linda juali, et all. 2000.Diagnosa
keperawatan.Jakarta: penerbit buku kedokteran,
EGC
Erik.
2004. Flu, Diare, Malaria, Demam
Berdarah, Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor Team Elsevier, Inc
Kanisius
Damin, sumardjo. 2009. Yogyakarta: Pengantar
Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata/ Fakultas
Bioeksata
Ovedaff,D.
1000, kapita selekta kodektoran jilid I
edisi ke-3.Jakarta: Media aeculaplus. FKUI
Persatuan
ahli penyakit dalam Indonesia. 1996. Ilmu
penyakit dalam jidil I edisi ke-3.Jakarta: balai penerbit FKUI Jakarta
Syaifuddin
1994. anatomi fisiologi.Jakarta: buku penerbit kedokteran EGC.
Tjay, Tan Hoan
dan Raharja, Kirana. 2007. Obat-Obatan
Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya, Ed. Ke-6. Jakarta: EGC http://medicastore.com/penyakit/10/demam_thypoidd.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar